Rabu, 08 Januari 2014

Nan tasirek dalam Tambo Asal Bundo Kanduang Kampuang Dalam Korong Sumpu Gudam Pagaruyuang
[bagian ke 48]
Dengan fananya nafsi kemanusiaan, tersimbahlah tirai ke hati arah dalam, dari Kalbi kearah Sir, dari baitullah ke baitulmuqadis bait yang kudus , keluarnya aku dalam rasa.
Setelah tiada daya dan upaya, kefanaan nafsi selaku hamba.
Rasa rahasia dalam diri diperjalankan ke bait yang kudus alam Roh, ruhul Kudus dengan Nur sifatullah dengan Allah kepada Allah.
Kendaraan diperjalankan cepat seperti kilat
Panglima berkendaraan Kuda Putih
KUDA bermakna lari cepat
PUTIH ; cahaya kesucian Nurilahi
Kuda; esa pada sifat, tiada kekuasaan melainkan Kekuasaan Allah.
Putih; suci, hakiki, baqa, kamil, Nurzatullah , Esa pada Zat, zat diri menyatu pada Zat yang berdiri sendiri dengan kekuasaan Allah Yang Maha Esa.
Diperjalankan dengan Tuhan kepada Tuhan
Kuda Putih dinamakan Gaib Umat Terang atau GUMARANG
G = gaib
UMA= umat
RANG= terang
Gaib umat terang, atau masuk umat cahaya, atau masuk dalam cahaya Allah
Dalam Pangkuan Ilahi
Dalam kandungan Allah
Cindua Mato mengatakan berkat Bundo Kanduang, atau dalam kandungan Allah
maka diminang kabau masih terdengar kata-kata berkat keramat Bundo Kanduang, maksutnya berkat Rahmat Allah
Allah Maha Raja Seluruh Alam
Menjadikan Allah sebagai Wali pada alam manapun
Jasat, pikir, hati roh, nyawa Allah ,tidak boleh dipisahkan dari Kekuasaan Allah Yang Maha Esa
Esa pada Zat
Esa pada sifat
Zat dan Sifat tidak berpisah
Keesaan pandang dengan caliak dalam kandungan sifattullah, dibao tabang kaanjuang paranginan Bundo Kanduang "tubuah lupuik insan nyato, lupuiknyo tubuah bacahayo, nyatonyo insan batubuah Nur dalam mahligai mahkota cahayo, persemayaman Maha Raja Seluruh Alam mainang kabau"
Ayam kinantan  Cindua mato melambangkan dengan kias tersirat, kesucian diterbangkan sejenis burung peliharaan.
Ayam; sejenis burung peliharaan, terbang
kinantan; bermakna putih selalu [ tiada bercampur warna, putih semua]
Ayam kinantan melambangkan nur Tuhan yang membawa ke Tuhan.
Nur yang mengangkat manusia  mi'raj ke Sidratilmuntaha
dengan Allah kepada Allah
Diperjalankan
Cidua mato ditugaskan MENYATUKAN Puti Bungsu, Dangtungku dengan Bundo Kanduang Mi'raj ke Istana Alam Arasy Allah untuk selamat sampai kepada Allah Yang Maha Esa.
Titik tersilau fana pada titik Tertalut
Titik tertalut fana pada Titik Tajali
Titik Tajali Kasaf pada Titik Yang hilang Gaib dengan titik tersimpuh
Tiada daya dan upaya melainkan Kekuasaan Allah, semata-mata Allah yang Maha Kuasa seru sekalian alam.
Titik tersilau Puti Bungsu
Titik tertalut Cindua Mato
Titik Tajali Dangtuangku
Titik Tersimpuh Bundo Kanduang
Titik Yang hialang gaib Zat Allah Taala yang Berdiri Sendiri
Kesemua titik tidak terpisah satu sama lain Turun dari langit Arafah kembali ke langit Arafah
Manusia datang dari pada Allah Dengan Allah dan kembali kepada Allah, Allah Maha Raja Seluruh Alam, kepada Allah kembali Segala urusan, Dialah Yang Awal, Dialah yang Akhir,Dialah Yang Zohir, Dan Dialah Yang Batin, Dan Dia berkuasa atas tiap-tiap sesuatu.
Puti Bungsu,Dangtuangku,Bundo Kanduang Mi'raj sama Allah.
Sampai sekarang masih tersimpan dibenak masyarakat Pagaruyung, bahwa nenek moyangnya, Puti Sari Bundo Kanduang, Dangtuangku, Puti Bonsu mangirap kalangik.
"DEMI MASA
SESUNGGUHNYA MANUSIA ITU DALAM KERUGIAN,
KECUALI ORANG-ORANG YANG BERIMAN DAN BERAMAL SALIH
DAN BERWASIAT NASEHAT MENASEHATI DENGAN KEBENARAN
DAN BERWASIAT DENGAN KESABARAN" 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar