Senin, 23 September 2013

Nan Tasirek dalam Tambo Asal Bundo Kanduang Kampuang Dalam Korong Sumpu Gudam Pagaruyung . Bagian 6.
Mambangkik  Tareh Tabanam, Manjapuik gadai Lamo
353 tahun masyarakat minang kabau, hidup dalam jajahan Belanda dan jepang, pemimpin usali dianggap membahayakan penjajah, denan politik adudomba bangsa penjajah dengan mendekati, orang orang yang bisa dipengaruhinya, dan merobah tujuan keaslian Bundo Kanduang memerdekakan seluuh Bangsa.
Dengan berpuak bergolongan dengan menghidupkan sifat nafsi manusia atau Mainang Kabau menjadi manang kabau, sedikit banyaknya Budaya penjajah masuk kemasyarakat kita.
tambo asal menjadi kabur, bahkan hilang sama sekali, malah dikarang tanbo baru, yang isinya jauhmenyipang, karena nenek moyang kita tidak ada yang berumur 353 tahun, hingga tidak ada lagi tempat kita bertanya, posronda dijadikan istana untuk pertemuan dengan msyarakat oleh belanda.
Pmuka pmuka mulai mencari asal usul, tapi semua bergerak pada tambo nafsi yang berasal dari ibu dan bapak, sedangkan tambo asal adalah khalipahtullah, yang diutus memimpin nafsi,
diantara masih ada menyelamatkan tambo asal, lari khutan balantara yang tidak bisa terjamah penjajah, dan beratus tahun dalam hutan, tentu tidak tau kampung halaman nya.
Semua manusia sama kejadiannya, dari Adam dan Hawa, dan tiupan Roh pemimpin dari Allah, maka ikatakan Dang TuangKu, rajo Alam mlnang kabau, lahir tidak punya bapak, atau difitnah anak haram, Raja adalah roh Allah, bukan nafsi, apakah roh kita dari ibu bapak?, tidak ada bedanya dengan kerbau, yang mustahil bisa diberikan santapan rohani.
Dangtuangku bermakna insan hakiki, yang ada pada seluruh anak manusia yang ber akal, akan terhijap dengan nafsi nafsi, rasa rasa dalam diri manusia,
Bila manusia tidak mengenal lagi dirinya yang hakiki , atau kebenaran, wajar saja mudah terjadi, adu jotos, kecerdikan, kepintaran, adu domba, malah adu kerbau dalam masyarakat dunia, badannya berbentuk manusia, tetapi yang berkuasa dalam dirinya adalah akal nafsi, berpuak suku bangsa, bergolongan,pantang ketindisan, rela berkorban apa saja demi egonya.
dulu masih ada bimbingan haqiqi ini disurau surau, dulu anak laki laki ,tidurnya disurau.
Tetapi pada zaman teknologi, anak anak ,tidak lagi mengaji disurau,
dimana anak akan mendapatkan pendikan hakiki, untuk mengenal siapa diri kita.Minang Kabau dan Aceh ,terkenal dalam penyelaman hakikinya, sekarang telah melemah oleh majunya teknologi.
Pertemuan pemuka agama sedunia diMakasar juga membicaraka,
dan menanam pendidikan hakiki ini sejak dini, melalui guru agama disekolah.
Anak kemenakan putra minang, bangkiklah tareh trandam, Japuiklah gadai lamo. temui tuo tuo awak, rajin batanyo tentang itu, Pendidikan haqiqi diri indak ado diajarkan disekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar