Kamis, 31 Oktober 2013

Nan tasirek dalam Tambo Asal Bundo Kanduang Kampuang Dalam Korong Sumpu Gudam Pagaruyung. Bagian ke 36
Allah  Maha Raja Seluruh Alam
Saya mulai menemukan kebenaran yang tersirat dalam Tambo Asal Bundo Kanduang yang saya bawa kemana saya pergi, dan saya temui dalam perantauan saya, seperti Lubuk Terantang Koto Baqa, Tabo asal Limbur Tebo, pasal 1 nya sama dengan Tambo Asal Bundo Kanduang, yang amat sulit dipahami kaum awam.
Di Limbur pada tahun tertentu, tambo dibacakan pada rakyat, dengan baralek adat dan memotong kerbau di pemakaman Sutan Syari, kakak Bundo Kanduang didesa Ujung Tanjung Limbur.
Tambo hanya dibacakan pasal 2 sampai pasal 7. Pasal 1 hanya pemangku adat atau pewaris nenek yang telah menerima amanah turun temurun.
Tambo Asal Bundo Kandung Kampung Dalam Korong Sumpu Gudam Pagaruyung dan Tambo Asal Pasal 1 Ninik Limbur Tebo nan Badusun di Lubuk Terantang Koto Bakal Sultan Syari yang bergelar Imam Sati.
Tambo Asal memiliki makna tersirat yang amat dalam, hanya bisa dibaca bagi orang orang yang dahulu, orang orang yang dahulu itu sudah langka pada zaman sekarang.
Kata kata tersirat, penuh dengan kilek dengan bayang, eriang dengan gendeang, kieh jo balabeh, suri jo tauladan, bahasa halus yang amat mendalam, sampai sekarang masih dipergunakan di Minang Kabau dalam pergaulan sehari hari, kebiasaan ini semakin menipis, karena dipengaruhi pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, dan pengaruh budaya lain.
Fitrah Allah, dasar pendidikan sudah mulai hilang pada jiwa anak bangsa, malah ilmu pengetahuan sebagai dasar Pendidikan, dan belajar dikatakan mendidik, dan kurang didik dikatakan kurang ajar, pada hal anak yang dikatakan kurang ajar adalah Rangking dalam pengetahuannya
Fitrah itu adalah orang yang dahulu, sudah ada sebelum dilahirkan dan tetap ada sesudah dikuburkan.
Tugas kedua orang tua adalah mempertahankan fitrah anaknya semenjak lahir, tetapi kebanyakan orang tua mempertahankan nafsi anaknya, akal pikir terhadap ilmu pengetahuan, sebagai abdi dunia, . Anak tidak kenal dirinya lagi, yang dirinya adalah yang makan minum dan rasa nikmat dirasakan karuniah yang diberikan Allah untuk menguji ke khalipaan fitrah.
Sedangkan Tambo Asal bisa diselami dengan fitrah Allah.
Tambo Asal bukanlah agama tertentu, tetapi berisi arah Ketauhidan mengenai Ke Esaan Tuhan.
Bisa saja titik titik yang turun dari langit asal kejadian anak Adam yang batin, adalah Dewa dewa yang turun dari langit, dan bisa juga dinilai akal pikiran Roh itu anak tuhan. Dan kejadian yang zahir anak Adam dan Siti Hawa dua belas pasang, sebagai dewa penguasa bumi, dan lain sebagainya, tergantung penilaian penilaian dimana manusia menempatkan dirinya, dan titk mana yang berkuasa dalam dirinya. Makin banyak ia berkata kata, makin tau siapa dia, setiap ahli pikir, ia menggali dan menemukan dan mendefenisikan dalil dalil dan dipakai untuk dipergunakan, semua kegiatan ini dilakukan manusia dengan lain bidang dan pendapat, sesuai dengan apa yang dialaminya. Masing masing mereka bermacam macam pandangan tentang tuhan.
Dimana titik temunya tentang ini ?
jangankan sedunia, dalam rumah tangga saja sudah berperang.
Tuhan Pasti Esa.
Dimana letaknya meng Esaka Tuhan, dan menjadikan Tuhan sebagai Pemimpin di dalam diri dan seluruh Alam
Coba baca dengan fitrah dalam Tuhan.
Apa yang ada dibumi dan dilangit dan antara keduanya adalah ayat ayat Ku untuk dibaca bagi orang orang mengerti.
Apakah hatiku telah dengan Allah ?
Apakah pikirku bukan melayani nafsiku ?
Dimana aku sekarang ?
Dalam nafsu atau dalam Tuhan ?
Pikir adalah Pelita hati.
Hati adalah cahaya Roh
Roh tidak makan minum.
Roh telah ada sebelum jasat dilahirkan.
Nafsi lahir tanpa Roh, tidak punya akal pikir.
domba hidup tidak bisa mengerti, diberi santapan rohani ,maunya santapan nafsi.
Roh datang dari pada Allah, kembali kepada Allah.
Nafsi lahir hidup, dan mati dikuburkan, jika tidak berakal sama dengan makhluk lain yang diciptakan Tuhan.
Siapa aku, dan dimana aku ?
Siapa yang menguasai diriku ?
Dorongan apa yang membuat diriku berbuat ?
Tidak ada didalam Tambo Asal Bundo Kanduang mengatakan nafsinya Raja.
Yang Raja adalah Tuhan, yang bersemayam di Istana Alam Sitratilmuntaha, istana Alam dunia adalah kuburan.
Setiap manusia wajib mi'raj ke istana Alam sekarang, sebelum mati.
Jangan mati dalam jasat, jika terlambat sampai asal, belum mi'raj akan diambil paksa oleh Yang Maha Kuasa Raja Alam, tidak mustahil lidah terjulur panjang, mata terbulalak, badan kejang mengeras menempuh maut.
Pada hal mati itu hari yang bahagia, kita terlepas dari hukuman dan di izinkan kembali ke asal kita lagi. Mardeka di Keraton Tuhan.
Fitrah adalah kita.
Kita adalah Fitrah.
bila kita lalai, kita akan dicarikan Penguasa oleh diri kita sendiri, atau musuh kita yang paling besar, penguasanya Uang, istananya kuburan.
Kita akan tersiksa dalam kubur, karena kita tidak mau terlepas jadi hamba nafsu dan jasat kita, kita mati dirantau, kita duga dunia ini kekal, kita tertipu oleh diri kita sendiri.
Tidak sedikit manusia setelah tua, pada waktu sakit takut mati,semua hasil kerja keras akan ditinggalkan begitu saja, titel sarjana tidak mampu menolong untuk bertahan hidup lebih lama, karena ajal ditangan Allah
Diri kita adalah Fitrah Allah,
Fitrah inilah diri kita yang sebenarnya, atau Zat diri atau Nur yang menerangi hati kita, Fitrah ini lebih dekat kepada Allah dari pada kepada nafsi kemanusiaan, kepada Fitrah ini diamanatkan oleh Allah untuk memimpin dalam kehidupan kita sehari hari, Nur inilah yang bisa Rabbika, tetapi bila fitrah tidak terpertahankan atau kita tidak kenal diri, maka pengamatan analisa kita membaca dengan nafsihi, penilaiannya baik menurut pendapat akal pikiran dengan perbandingan ilmu dan pengetahuan.
Fitrah inilah yang dikatakan aku yang melaksanakan rukun dalam Islam, uku inilah yang wajib setiap saat dipangkuan Allah.
Setiap aku berkelakuan, aku inilah yang meng Aku ke Allah dan Muhammad  sifattullah yang mengatur tingkah akunya hamba Allah, yang beramal lillahi Taala.
Dengan artikati Sahadat juga mi'raj.
Sholat juga mi'raj, mempertalikan Roh dengan Allah kepada Zat Allah.
Tegak berdiri betul, tegak diri yang betul adalah Zat diri menyatu pada Zat Allah Yang Berdiri sendiri.
Dengan arti kata Solat juga mi'raj.
Puasa, menahan semua daya daya yang timbul dari diri nafsi yang kita pimpin, yang bisa menguasai kita bila kita lalai, apa lagi bila kita tidak mengenal diri kita yang fitrah, mustahil kita akan bisa mengenal Allah, apa lagi untuk khusuk dalam beribadah, karena pintu nafsi terbuka dialam dunia, didalam solat isi dunia tetgambar, yang tidak bisa kita hapus, karena kita dikuasai nafsi, dan malah kita beranggapan nafsi itulah yang diri kita, kita tertipu dalam keadaan tidak sadar.
Puasa itu untuk iman, bukan untuk Roh islam, puasa itu agar menemukan fitrah Allah yang bisa tatakun, jika berhasil iman berpuasa, maka wajib zakat fitrah, bukan zakat iman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar