Jumat, 25 Oktober 2013

Nan tasirek dalam Tambo Asal Bundo Kanduang Kampuang Dalam Korong Sumpu Gudam Pagaruyung. Bagian ke 34.
Allah Maha Raja Seluruh Alam
Tanpa sadari pada suatu malam, ditempat saya mengaji, saya melihat seluruh arah, ada cahaya beserta penglihatan saya, kejadian itu saya katakan pada kawan yang akrab dengan saya, kawan saya juga melihat cahaya itu, akhirnya kawan saya, menanyakan pada teman yang lain, tetapi teman yang lain tidak melihat, cuma kami bertiga yang bisa melihat cahaya itu. Cahaya itu tidak mau hilang lagi sampai sekarang. akhirnya saya terbiasa dengan cahaya itu.
Pada tahun 1964, saya tamat SR atau Sekolah Rakyat, melanjutkan ke SMP Negeri 2 di Batu Sangkar, saya SR  dalam perang saudara PRRI, sering terkurung disekolah tidak bisa pulang kerumah.
Semenjak ayah saya meninggal dunia, atau pulang kampung. Saya bantu ibu kerja sawah, setiap ayunan cangkul saya zikirkan, seolah olah menyebut nama Allah, setiap gerak adalah zikir, setiap saat saya dalam Allah, Ayah meninggal adek saya dalam kandungan ibu, adek saya lahir tidak pernah kenal ayah. Kalau bisa biarlah saya menanggung tekanan perasaan pada hati ibu dan adek saya, semampu saya berbuat saya lakukan, saya harus bisa mempertahankan Fitrah yang di amanatkan Allah kepada ibu, saya tidak mau dijajah oleh diri saya sendiri, mengutamakan rohani dari nafsi yang akan mati.
Tersirat kata dalam rasian, seperti bermimpi sedang bangun, yang sulit diterima nafsi kemanusiaan, SEORANG PENJAHAT, MAUPUN NAFSI RASA BERJIHAT, Manusia ini wajib diberi pertolongan, dalam sadar maupun tidak sadar, mereka berbuat dalam jasat, berbuat baik maupun jahat, tetapi perbuatannya dikendalikan akal pikir yang dibelakangnya adalah, kebenaran menurut nilai pengetahuan yang dituntut, sedangkan kehakikian dirinya terjajah hamba yang diasuh, fitrah yang telah dikuasai ilmu yang dituntutnya sendiri. Pintu hatinya kedalam tertutup, ia sadar maupun tidak sadar, ia berpedoman pada ilmu agama, ia lupa akan pendidikan agama yang RABBIKA. ia hidup berdasarkan ilmu pengetahuan agama, ia lupa akan  sendi kehidupan, Fitrah yang wajib dipertahankan pendidikan agama yang tidak bisa dipelajari, tetapi ditemukan dengan kehalusan Fitrah dan jiwa dengan gaibnya Roh dengan Kekuasaan Allah kepada Zat Yang Maha Esa, bersatunya jiwa Esa bersama, KETUHANAN YANG MAHA ESA. Bukan bertuhan menurut pendapat, Nabi Muhammad tidak pernah memimpin dengan pendapat, tetapi selalu dengan Allah yang memberi pertolongan dimana mana.
Bagai mana cara menolong orang yang sedang terjajah oleh dirinya sendiri, ia berpegang kepada Allah, ia sanggup berbantahan atas kebenaran yang dipegangnya, ia menguasai ilmu agama,malah mengtahui tentang Tuhan, ulamak manapun tidak akan sanggup menandinginya dalam berpendapat, ia sanggup berkorban apa saja demi pendiriannya.
Kenapa ini bisa terjadi?
Kita renungkan tugas dan kewajiban orang tua terhadap anaknya, adalah mempertahankan Fitrah Allah pada anaknya. Fitrah itu adalah Rohmu yang lebih dekat kepada Allah dari pada kepada dirimu sendiri. Sedangkan Fitrah itu sudah ada sebelum dilahirkan dan tetap ada setelah dikuburkan, yang hidupnya tidak pakai umur, ia dipangkuanTuhan dan bukan berpegang kepada Tuhan, Kekuasaan ditangan Tuhan, bukan ditangan selain Allah, Bukan mendirikan tuhan  dalam diri, mustahil tuhan sebanyak diri manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar